BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Belajar
merupakan subtansi pokok yang harus dilakukan oleh setiaip orang terutama
sebagai siswa. Siswa dikatakan telah belajar apabila telah terjadi perubahan
dari dirinya yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Menurut Fontana dalam
Suherman (2003; 7) belajar adalah “proses perubahan tingkah laku individu yang
relative tetap sebagai hasil dari pengalaman”. Terkadang tidak banyak “ proses
belajar” siswa yang berhasil, terutama
dalam disiplin ilmu matematika yang selama ini dianggap momok dan sulit bagi kebanyakan
siswa. Menurut Nikson dalam Mulyardi (2002; 3) mengemukakan bahwa :
“Pembelajaran matematika adalah upaya membantu siswa untuk mengkontruksi konsep
atau prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses
internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali”. Pembelajaran
inovatif yang akan mampu membawa perubahan belajar bagi siswa, telah menjadi
barang wajib bagi guru. Pembelajaran lama telah usang karena dipandang hanya
berkutat pada metode mulut. Siswa sangat tidak nyaman dengan metode mulut.
Sebaliknya, siswa akan nyaman dengan pembelajaran yang sesuai dengan pribadi
siswa saat ini.
Bagi
anak usia SD, belajar yang perlu ditekankan adalah melalui pengalaman langsung,
terutama pada mata pelajaran IPA. Pengalaman langsung akan membuat pengetahuan
yang mereka dapat lebih bertahan lama di otak mereka daripada mendengarkan
ceramah dari guru. Pembelajaran Terpadu sangat bagus diterapkan bagi anak SD
karena dalam pembelajaran ini menekankan pada tindakan nyata dan berpusat pada
siswa. Pembelajaran Terpadu menekankan bahwa anak belajar dengan seluruh
tubuhnya, semua alat indra dilibatkan. Siswa tidak hanya duduk diam, tapi
dengan aktivitas yang menggerakkan seluruh indranya. Untuk itu dikenal pula
model pembelajaran SAVI.
Dalam
pembelajaran mata kuliah ini, kami sebagai penulis mencoba menyusun makalah ini
untuk mempelajari dan memahami model-model pembelajaran, khususnya Model
Pembelajaran SAVI.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah yang dimaksud model pembelajaran SAVI?
2.
Bagaimanakah prinsip-prinsip dasar model pembelajran SAVI?
3.
Apa kelebihan dan kekurangan dalam model pembelajaran SAVI?
4.
Bagaimanakah tahap-tahap model pembelajaran SAVI?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan model pembelajaran SAVI
2.
Untuk memahami prinsip-prinsip dasar model pembelajaran SAVI
3.
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran SAVI
4.
Untuk memahami tahap-tahap model pembelajaran SAVI
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
model pembelajaran SAVI
Pendekatan SAVI diperkenalkan pertama
kali oleh Dave Meier. Meier (Sidjabat, 2008) mengemukakan bahwa manusia
memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau somatis (S), pendengaran atau auditori
(A), penglihatan atau visual (V), dan pemikiran atau intelektual (I).
Bobbi De Porter, dkk, 2005, dalam bukunya Quantum Learning, mengemukakan
tiga (3) modalitas belajar yang dimiliki seseorang. Ketiga modalitas tersebut
adalah modalitas visual, modalitas auditoral, dan modalitas kinistetik
(somatis). Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar
auditorial melakukan melalui apa yang mereka dengar, dan pelajaran kinestetik
belajar lewat gerak dan sentuhan.
Bertolak dari pandangan ini, ia
mengajukan model pembelajaran aktif yang disingkat SAVI yaitu
1.
Somatis
Somatic berasal dari bahasa Yunani yang
berarti tubuh. Belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinetesis,
praktis melibatkan fisik dan menggunakan tubuh sewaktu belajar secara berkala.
Meier juga menguatkan pendapatnya dengan menyampaikan hasil penelitian
neurologis yang menemukan bahwa pikiran tersebut di seluruh tubuh. Jadi dari
temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menghalangi pembelajar somatis
menggunakan tubuh mereka sepenuhnya.
Somatis berarti bangkit dari tempat
duduk dan bertindak aktif secara fisik selama proses belajar. Berdiri dan
bergerak kesana kemari meningkatkan sirkulasi dalam tubuh dan oleh karena itu
mendatangkan energi segar ke dalam otak. Belajar somatis merupakan belajar
dengan indra peraba, kinestetis, praktis dengan melibatkan fisik dan
menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Belajar somatis ini bias terhadapa tubuh
dimana anak-anak yang bersifat somatis, yang tidak dapat duduk tenang dan harus
menggerakkan tubuh mereka untuk membuat pikiran mereka tetap hidup. Dalam
belajar somatis ini tubuh dan pikiran itu satu dimana penelitian neurologis
telah menemukan bahwa pikiran tersebar diseluruh tubuh. Tubuh adalah pikiran
dan pikiran adalah tubuh. Jadi dengan menghalangi pembelajar somatis
menggunakan tubuh dalam belajar maka
menghalangi fungsi pikiran sepenuhnya. Melibatkan tubuh, untuk merangsang
hubungan pikiran dan tubuh maka harus tercipta suasana belajar yang dapat
membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari
waktu ke waktu.
2. Auditori
Pikiran auditori lebih kuat dari apa
yang di sadari. Telinga bekerja terus menerus menangkap dan menyimpan informasi
auditori. Dan ketika membuat suara sendiri dengan berbicara, maka beberapa area
penting di otak pun menjadi aktif. Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi
saluran auditori yang kuat dalam diri pembelajar, maka dengan cara mendorong
pembelajar untuk mengungkapkan dengan suara. Pembelajaran auditori merupakan
belajar paling baik jika mendengar dan mengungkapkan kata-kata.
Menurut Meier (2004 : 95), belajar
Auditori merupakan cara belajar standar bagi semua orang sejak awal sejarah.
Seperti kita ketahui sebelum manusia mengenal baca tulis banyak informasi yang
disampaikan dari generasi ke generasi secara lisan misalnya mitos,
dongeng-dongeng, cerita-cerita rakyat. Bangsa yunani kuno juga mendorong orang
untuk belajar dengan suara lantang melalui dialog. Filosofi mereka adalah “jika
kita mau belajar lebih banyak tentang apa saja, bicaralah tanpa henti”.
3. Visual
Ketajaman penglihatan setiap orang itu
kuat, disebabkan oleh fikiran manusia lebih merupakan prosesor citra dari
prosesor kata. Citra karena konkret mudah untuk diingat dan kata, karena
abstrak sehingga sulit untuk disimpan. Didalam otak terdapat lebih banyak
perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain.
Pembelajar visual belajar paling baik jika dapat melihat contoh dari dunia
nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar dan gambaran dari segala macam hal
ketika sedang belajar. Dengan membuat yang visual paling tidak sejajar dengan
yang verbal sehingga dapat membantu pebelajar untuk belajar lebih cepat dan
baik.
Menurut Meier (2004 : 97), setiap orang
memiliki ketajaman visual yang sangat kuat. Hal ini dikarenakan didalam otak
terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada
semua indra yang lainnya. Lebih lanjut meier mengungkapkan bahwa beberapa siswa
(terutama pembelajar visual) akan lebih mudah belajar jika dapat melihat apa
yang dibicarakan guru atau sebuah buku.
4. Intelektual
Intelektual adalah bagian diri yang
merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna. Intelektual adalah
pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untulk berfikir,
meyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Pada
intelektual identik dengan melibatkan pikiran untuk menciptakan pembelajarannya
sendiri. Belajar bukanlah menyimpan informasi tetapi menciptakan makna, pengetahuan
dan nilai yang dapat dipraktekkan oleh pikiran pebelajar.
Menurut Meier (2004 : 99), kata
intelektual menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikirannya secara
internal ketika mereka menggunakan kecerdasan mereka untuk merenungkan suatu
pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai dari pengalaman
tersebut. Lebih lanjut meier mendefinisikan intelektual sebagai pencipta makna
dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untk berfikir, menyatukan
pengalaman, menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan unuititif
tubuh untuk membat makna baru bagian dirinya sendiri.
Dave Meier, 2005 , menambahkan
satu lagi gaya belajar intelektual. Gaya belajar intelektual bercirikan sebagai
pemikir. Pembelajar menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman
dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. “
Intelektual” adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah,
dan membangun makna. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman
menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan
pemahamanmenjadikearifan.
Pembelajaran
SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling
baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap
kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan
menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan
sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.
Belajar beerdasarkan aktifitas berarti bergerak aktif
secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan
membuat seluruh tubuh/ pikiran terlibat dalam proses pembelajaran. (Dave Meier, 2005) .Dengan
demikian, belajar bisa terjadi secara optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam
proses pembelajaran, yaitu menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas
intelektual dan dengan penggunaan semua indranya.
Menurut
Warta (2010: 40), “Pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki
oleh siswa”. Dari pengertian ini, jelas bahwa pendekatan SAVI merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas
intelektual dan penggunaan semua inderanya dalam proses pembelajaran.
B.
Prinsip-prinsip
model pembelajaran SAVI
Meier
(Sidjabat, 2009) mengajukan sejumlah prinsip pokok dalam belajar dengan
menggunakan pendekatan SAVI, yaitu sebagai berikut.
1)
Belajar melibatkan
seluruh tubuh dan pikiran.
2)
Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi.
3)
Kerjasama membantu
proses belajar.
4)
Pembelajaran
berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
5)
Belajar berasal dari
mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
6)
Emosi positif sangat
membantu pembelajaran.
7)
Otak-citra menyerap
informasi secara langsung dan otomatis.
C.
Kelemahan
dan kelebihan dari model pembelajaran SAVI
Pembelajaran
dalam pendekatan SAVI memiliki Kelebihan dan Kelemahan diantaranya:
1.
Kelebihan
a.
Membangkitkan
kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan
aktivitas intelektual
b.
Siswa tidak mudah lupa
karena siswa membangun sendiri pengetahuannya.
c.
Suasana dalam proses
pembelajaran menyenangkan karena siswa merasa diperhatikan sehingga siswa tidak
cepat bosan untuk belajar matematika.
d.
Memupuk kerjasama
karena siswa yang lebih pandai diharapkan dapat membantu yang kurang pandai.
e.
Memunculkan suasana
belajar yang lebih baik, menarik dan efektif
f.
Mampu membangkitkan
kreatifitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa
g.
Memaksimalkan ketajaman
konsentrasi siswa
h.
Siswa akan lebih
termotivasi untuk belajar lebih baik.
i.
Melatih siswa untuk
terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat dan berani menjelaskanjawabannya.
j.
Merupakan variasi yang
cocok untuk semua gaya belajar
2.
Kelemahan
a.
Pendekatan ini menuntut
adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara
utuh.
b.
Penerapan pendekatan
ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh
dan disesuaikan dengan kebutuhannya, sehingga memerlukan biaya pendidikan yang
sangat besar. Terutama untuk pengadaan media pembelajaran yang canggih dan menarik.
Ini dapat terpenuhi pada sekolah-sekolah maju. ( ( Meier,2005:91-99) dalam http://goez17.wordpress.com).
c.
Karena siswa terbiasa
diberi informasi terlebih dahulu sehingga siswa kesulitan dalam menemukan
jawaban ataupun gagasannya sendiri.
d.
Membutuhkan waktu yang lama terutama bila
siswa yang lemah.
e.
Membutuhkan perubahan
agar sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu.
f.
Belum ada pedoman
penilaian, sehingga guru merasa kesulitan dalam evaluasi atau memberi nilai.
g.
Pendekatan SAVI masih
tergolong baru, sehingga banyak pengajar guru yang belum mengetahui pendekatan
SAVI tersebut
h.
Pendekatan SAVI ini
cenderung kepada keaktifan siswa, sehingga untuk siswa yang memiliki tingkat
kecerdasan kurang, menjadika siswa itu minder.
i.
Pendekatan ini tidak
dapat diterapkan untuk semua pelajaran matematika.
D.
Langkah-langkah
model pembelajaran SAVI
a.
Tahapan-tahapan metode pembelajaran SAVI
Tahapan yang perlu ditempuh
dalam SAVI adalah persiapan,penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil. Kreasi apapun, guru perlu dengan matang, dalam
keempat tahaptersebut
1) Tahap
Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
Pada tahap ini guru
membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman
belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk
belajar. Secara spesifik meliputi hal:
a) Memberikan sugesti positif
b) Meberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
c) Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
d) Membangkitkan rasa ingin tahu
e) Menciptakan lingkungan fisik yang positif
f) Menciptakan lingkungan emosional yang positif
g) Menciptakan lingkungan social yang positif
h) Menenangkan rasa takut
i) Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
j) Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
k) Merangsang rasa ingin tahu siswa
l) Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal
2) Tahap
Penyampaian (Kegiatan Inti)
Pada tahap ini guru
hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang barudengan cara
melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal-hal yangdapat
dilakukan guru:
a)
Uji coba
kolaboratif dan berbagai pengetahuan
b)
Pengamatan
fenomena dunia nyata
c)
Pelibatan
seluruh otak, seluruh tubuh
d)
Presentasi interaktif
e)
Grafik dan
sarana yang presetasi berwarna-warni
f)
Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan
seluruh gaya belajar
g)
Proyek
belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
h)
Latihan
menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
i)
Pengalaman belajar di dunia nyata yang
kontekstual
j)
Pelatihan memecahkan masalah
3) Tahap
Pelatihan (Kegiata Inti)
Pada tahap ini guru
hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerapengetahuan dan
keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru
yaitu:
a)
Aktivitas
pemrosesan siswa
b)
Usaha aktif
atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali
c)
Simulasi
dunia-nyata
d)
Permainan
dalam belajar
e)
Pelatihan
aksi pembelajaran
f)
Aktivitas
pemecahan masalah
g)
Refleksi dan artikulasi individu
h)
Dialog
berpasangan atau berkelompok
i)
Pengajaran dan tinjauan kolaboratif
j)
Aktivitas
praktis membangun keterampilan
k)
Mengajar
balik
4) Tahap
Penampilan Hasil (Tahap Penutup)
Pada tahap ini hendaknya
membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuanatau keterampilan baru
mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan
hasil akan terus meningkat. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:
a)
Penerapan
dunia nyata dalam waktu yang segera
b)
Penciptaan
dan pelaksanaan rencana aksi
c)
Aktivitas
penguatan penerapan
d)
Materi
penguatan persepsi
e)
Pelatihan
terus menerus
f)
Umpan balik
dan evaluasi kinerja
g)
Aktivitas
dukungan kawan,Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.
Dibawah ini adalah beberapa
contoh bagaimana membuat aktifitas sesuai dengan cara belajar/ gaya belajar
siswa:
Gaya belajar
|
Aktifitas
|
Somatis
|
Orang dapat bergerak ketika mereka:
1. Membuat model dalam suatu proses atau prosedur
2. Menciptakan piktogram dan
periferalnya
3. Memeragakan suatu proses,
sistem, atau seperangkat konsep
4. Mendapatkan pengalaman lalu
menceritakannya dan merefleksikannya
5. Menjalankan pelatihan
belajar aktif (simulasi, permainan belajar dan lain-lain)
6. Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gambar, dan bicarakan tentang apa yang
dipelajari.
|
Auditori
|
Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana auditori dalam
belajar
1. Ajaklah pembelajar membaca
keras-keras dari buku panduan dan komputer
2. Ceritakanlah kisah-kisah
yang mengandung materi pembelajaran yang terkandung didalam buku pembelajaran
yang dibaca mereka
3. Mintalah pembelajar
berpasang-pasangan menbincangkan secara terperinci apa yang mereka baru saja
mereka pelajari dan bagaimana mereka akan menerapkanya
4. Mintalah pembelajar
mempraktikkan suatu ketrampilan atau memperagakan suatu fungsi sambil
mengucapkan secara singkat dan terperinci apa yang sedang mereka kerjakan
5. Mintalah pembelajar
berkelompok dan bicara non stop saat sedang menyusun pemecahan masalah atau
membuat rencana jangka panjang
|
Visual
|
Hal-hal yang
dapat dilakukan agar pembelajaran lebih visual adalah:
1. Bahasa yang penuh gambar
(metafora, analogi)
2. Grafik presentasi yang hidup
3. Benda 3 dimensi
4. Bahasa tubuh yang dramatis
5. Cerita yang hidup
6. Kreasi piktrogram (oleh
pembelajar)
7. Pengamatan lapangan
8. Dekorasi berwarna-warni
9. Ikon alat bantu kerja
|
Intelektual
|
Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika kita mengajak
pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti:
1. Memecahkan masalah
2. Menganalisis pengalaman
3. Mengerjakan perencanaan
strategis
4. Memilih gagasan kreatif
5. Mencari dan menyaring informasi
6. Merumuskan pertanyaan
7. Menerapkan gagasan baru pada
pekerjaan
8. Menciptakan makna pribadi
9. Meramalkan inplikasi suatu
gagasan
|
E.
Aplikasi
model pembelajaran SAVI pada pembelajaran matematika di sekolah
Suasana belajar dikatakan baik apabila
didukung dengan keadaan yang positif dan adanya minat dalam diri pembelajar
sehingga dapat mengoptimalkan pembelajaran. Menurut Dave Meier(2002:33-34) ada
beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan SAVI dalam
kegiatan belajar sehari-hari khususnya belajar matematika pada pokok bahasan
kubus dan balok:
·
Dapat terciptanya
lingkungan yang posotif
·
Keterlibatan pembelajar
sepenuhnya
·
Adanya kerjasama
diantara pembelajar
·
Menggunakan metode yang
bervariasi tergantung dari pokok bahasan yang dipelajari
·
Dapat menggunakan
belajar kontekstual
·
Dapat menggunakan alat
peraga
Belajar bisa menjadi optimal jika
keempat unsur SAVI ada dalam suatu peristiwa pembelajaran. Dalam pokok bahasan KUBUS
DAN BALOK dengan menerapkan pendekatan SAVI langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.
Mengelompokkan siswa
dalam kelompok beranggotakan empat orang.
2.
Semua siswa mempunyai
alat peraga, yaitu sebuah kerangka kubus dan sebuah kerangka balok terbuat dari
karton
3.
Meminta siswa
memperagakan konsep yang dipelajari sambil mengucapkan secara terperinci
langkah-langkahnya(somatik dan auditori)
4.
Setiap kelompok diberi
soal-soal yang telah disiapkan oleh guru
5.
Setiap siswa diminta
mendiskusikan tentang soal-soal yang diberikan perkelompok(auditori, visual,
dan intelektual)
6.
Selama diskusi
berlangsung guru mengamati kerja setiap kelompok secara bergantian dan
mengarahkan atau membantu siswa yang kesulitan.
7.
Pada akhir kerja
kelompok, setiap kelompok diminta perwakilan untuk mengerjakan soal-soal yang
telah diberikan di papan tulis. Sedangkan siswa yang lain
menanggapinya(somatik, auditori, visual dan intelektual).
Dengan memeperhatikan pendekatan SAVI
pada pokok bahasan kubus dan balok dapat menggunakan alat peraga dimana siswa
dapat belajar dengan berbuat dan bergerak yang menjadikan siswa aktif dan tidak
merasa jenuh.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendekatan SAVI merupakan pendekatan
pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan
penggunaan semua indra dalam belajar. Pendekatan SAVI memiliki empat unsur
diantaranya : belajar somatik, belajar auditori, belajar visual dan belajar
intelektual. Dan pendekatan SAVI memiliki langkah-langkah yaitu langkah yang
pertama belajar visual, yang kedua belajar auditori, langkah ketiga belajar
somatis dan yang keempat belajar intelektual. Disamping memiliki unsur dan
langkah-langkah, pendekatan SAVI ini memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan pendekatan pembelajaran SAVI diantaranya : siswa tidak mudah lup
karena siswa membangun sendiri pengetahuannya, suasana dalam proses
pembelajaran menyenangkan karena siswa merasa diperhatikan sehingga siswa tidak
cepat bosan untuk belajar matematika, memupuk kerjasama karena siswa yang lebih
pandai diharapkan dapat membantu yang kurang pandai, siswa akan lebih
termotivasi untuk belajar lebih baik, melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan
mengemukakan pendapat dan berani menjelaskan jawabannya. Sedangkan kelemahan
dari pendekatan pembelajaran SAVI adalah karena siswa terbiasa diberi informasi
terlebih dahulu sehingga siswa kesulitan dalam menemukan jawaban ataupun
gagasannya sendiri, membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa yang lemah,
membutuhkan perubahan agar sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu, dan
belum ada pedoman penilaian sehingga guru merasa kesulitan dalam evaluasi.
Saran
Model pembelajaran merupakan penunjang
guru dalam proses pembelajarannya agar proses pembelajaran berjalan dengan baik
dan diterima baik oleh siswa. Oleh karena itu, guru harus betul-betul
memperhatikan dan harus kreatif dalam memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan kharakteristik siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Herdian.(2009).Model Pembelajaran SAVI.
[Online]. http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-savi. [11
Nopember 2011].
DePorter, Bobbi. 2005. Quantum Teaching:
Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang Kelas. Editor, Mike Hernacki.
Diterjemahkan oleh Ary Nilandari. Bandung: Kaifa
http://www.ekuator.web.id/katalog.see.p?id=3048
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/1005/08/1105.htm
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/1005/08/1105.htm
http://www.probolinggo.go.id/kontenphp?nama:artikeldanop:detail_artikeldanid=
25. Artikel dan Riset Pembelajaran harus Fun dan Mengembangkan Potensi Siswa
Meier, Dave.
2002. The accelerated learning handbook:
panduan kreatif dan efektif merancang program pendidikan dan pelatihan. Bandung
: MMU(Mizan media utama)
Meier,D.2004.
The Accelerated Learning hand book. Bandung : Kaifa
Meier, Dave. 2005. The Accelerated
Learning Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan
dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti. Bandung: Kaifa.